Sangat disayangkan hanya sebagian kecil dari cinemagoers yang mengenali Idris Elba. Padahal, aktor asal Inggris ini tak hanya memiliki kemampuan akting yang mumpuni, tapi juga punya sosok leading man yang seksi dan karismatik. Simak beberapa film terbaik dari aktor yang tahun ini merayakan ulangtahunnya yang ke-42.
The Wire (2002)
Sebuah serial HBO yang populer karena penggambaran realistik akan industri narkoba di Baltimore, AS. Bila Anda terkadang miris mendengar berita seorang napi di Indonesia yang masih bisa jadi bandar walau di balik bui, jangan merasa kejadian itu hanya eksklusif terjadi di Tanah Air, karena di penjara Amerika pun hal seperti itu juga terjadi. The Wire mengikuti sudut pandang seorang penegak hukum, detektif Jimmy McNulty (Dominic West), untuk menelusuri jalanan sepi dan rumah susun yang jadi sarang para bandar. Dalang di balik peredaran narkoba? Russell “Stringer” Bell, yang dilakoni oleh Elba dengan aura tak hanya otoritatif tapi juga intelektual. Ya, Stringer bukanlah seorang penjahat yang mengandalkan otot semata, tapi ia juga cerdas karena mesti pintar-pintar bernegosiasi dan berstrategi supaya tak tertangkap polisi. Bahkan di siang hari, ia terlihat mengikuti kursus studi ekonomi. The Wire bukanlah serial yang glamor, tapi berhasil langgeng (dari 2002 hingga 2008) berkat pengembangan karakter yang solid dan alur cerita yang realistik serta memikat. Dan satu lagi: memperkenalkan audiens kepada pesona seorang Idris Elba.
Obsessed (2009)
Film ini bukanlah film terbaik dari Elba atau terbaik dari aspek apapun. Obsessed adalah sebuah thriller yang tampaknya ingin mengikuti jejak Fatal Attraction yang dibuat iconic berkat penampilan Glenn Close yang intens dan membara (yang berujung pada seekor kelinci piaraan direbus hidup-hidup), namun sayangnya film ini tidak menawarkan karakter wanita selingkuhan yang memorable (diperankan sedikit bland oleh Ali Larter). Yang mungkin Anda akan ingat setelahnya adalah betapa sempurnanya kehidupan pasangan suami-istri (Elba dan Beyonce) pra pertemuan sang suami dengan sekretaris barunya, dan pertarungan antara Beyonce dan Larter di pengujung cerita. Sang sutradara, Steve Shill (Dexter), tampaknya lebih tertarik membangun cerita khusus untuk ending ini, di mana ia bisa memaksimalkan potensi ketangguhan Beyonce sebagai action lady (sementara Elba lebih sering mengandalkan charm-nya di sepanjang film). Namun tetap Obsessed memberikan plot yang tergolong baru: pemerkosaan pria oleh seorang wanita.
Luther (2010)
Serial televisi berkualitas—seperti dunia layar lebar—memang lebih banyak didominasi oleh seri TV Amerika yang dilansir oleh HBO. Namun bila Anda iseng tune in ke BBC, maka Anda akan menemui banyak serial TV yang tak kalah seru, sebut saja Prime Suspect, Doctor Who, atau Sherlock.
Semua serial itu malah telah sukses crossover dan memiliki banyak penggemar di benua Paman Sam, dan nama-nama seperti Hellen Mirren dari Prime Suspect dan Benedict Cumberbatch dari Sherlock sempat menang dan dinominasikan untuk Golden Globe dan Emmy Award.
Kini ada satu lagi seri lansiran BBC yang layak Anda tonton: Luther. No, ini bukanlah serial tentang kisah hidup Martin Luther King, tapi tentang petualangan seorang detektif brilian (well, detektif versi TV mana yang sekarang tidak brilian?) bernama John Luther dalam menyingkap rangkaian pembunuhan misterius serta sadis yang terjadi di London.
Ya, ia sangat brilian, terkadang ia bisa berpikir dua langkah ke depan dibandingkan polisi lainnya. Ditambah dengan karakternya yang keras dan impulsif, maka Luther kerap berseteru dengan pimpinan dan koleganya.
Memang ada alasan sebenarnya akan perseteruan itu—beberapa kali Luther tak ragu untuk memasuki grey area, dengan pikiran hal itu akan membantunya memecahkan suatu kasus. Apalagi ia memiliki seorang stalker: seorang psychopath bernama Alice Morgan (Wilson).
Ya, itulah yang disebut sebagai grey area dalam kehidupan John Luther, yang selaras dengan tagline serial ini: What if you were on the devil’s side without knowing it? Bahkan dari awal Luther sudah terjerumus dalam area itu, ketika ia membiarkan seorang tersangka pedofil mati terjatuh dari ketinggian.
The great thing about Luther adalah serial ini tak bisa disamakan seperti kisah polisi lainnya seperti NCIS, 24, atau Chicago PD, dan lebih memiliki kesamaan dengan cable shows seperti The Killing atau Homeland, dan seri BBC lainnya, Sherlock, di mana alur ceritanya tak terduga (kecuali tentunya sang karakter utama yang akan tetap muncul sebagai hero) dan tiap karakter pendukung bisa terbunuh atau menjadi pembunuh, dan sang tokoh utama bisa jadi tersangka. Ya, di season 1 ini Luther akan diburu oleh polisi dan, dengan bantuan Morgan, ia mesti membersihkan namanya.
Soal villain, Luther tak kekurangan tokoh yang memorable. Selain Alice Morgan, ada supir taksi yang membunuh wanita di tengah malam dan mengambil satu perhiasan dari korbannya sebagai koleksi; ada diamond thief dengan tato di wajahnya yang tak segan memotong lidah seorang wanita untuk membuktikan poinnya; kemudian ada kolektor komik/buku tentang serial killer di Inggris zaman dulu (seperti Jack the Ripper) yang, tentunya, seorang pembunuh berdarah dingin juga.
Soal cast, Idris Elba is Luther. Mungkin karena dia lebih banyak dikenal sebagai character actor (mayoritas di teater dan film-film Inggris), maka lebih mudah mengindentifikasikan Elba sebagai sang detektif brilian tersebut.
Sebagai Luther, aktor berusia 42 tahun ini tampil sangat tough, garang, cerdas, analitis, dan juga rapuh, terutama ketika plot menyinggung relationship-nya bersama sang istri, Zoe (Indira Varma), yang meregang lantaran Luther terlalu sibuk catching bad guys. Zoe sendiri lebih memilih pisah, dan bahkan ia sudah menjalin hubungan dengan pria lain, yang tentu membuat Luther murka.
Personal story antara Luther dan Zoe cukup ampuh memberikan “hati” ke dalam keseluruhan cerita, dan yang membuat apa yang terjadi pada Zoe di final episode lebih mengharukan.
Dan, bila Zoe memberikan hati, maka kehadiran Ruth Wilson (The Lone Ranger) sebagai cold-blooded killer Alice Morgan membuat mood Luther lebih playful. Ya, interaksi antara Luther dan Morgan cukup memikat lantaran sarat akan permainan kata dan terkadang flirty.
So, kesimpulannya, tontonlah Luther. Bila Anda bosan dengan crime solving shows, maka ikutilah hanya untuk melihat performa Idris Elba yang karismatik serta penampilan Ruth Wilson dan Indira Varma yang more than just eye candy.
Man of Sci-Fi
Thor (2011), Prometheus (2012), Pacific Rim (2013)
Dalam resumenya, Elba telah tampil di tiga film bergenre science fiction walau tidak dalam kapasitas peran utama. Yang pertama adalah Thor, film superhero lansiran Marvel, di mana ia berperan sebagai Heimdall, sang penjaga kota Asgard, tempat kelahiran sang pahlawan dengan senjata palu godam, Thor. Perannya tergolong kecil, namun Elba tampil sangat berwibawa meski mesti mengenakan kostum zirah emas lengkap dengan headgear bertanduk. Film sci-fi dia berikutnya adalah Prometheus arahan Ridley Scott, sebuah prekuel dari salah satu franchise sukses di Hollywood, Alien (Scott menggarap film pertamanya). Di sini ia berperan sebagai Janek, sang kapten pesawat yang sepanjang cerita lebih sering berinteraksi dengan Charlize Theron, mengilaskan sedikit sexual chemistry di tengah mood film yang condong suram. Sementara film sci-fi Elba yang terakhir, Pacific Rim arahan Guillermo Del Toro, memberikan dia porsi peran yang cukup besar sebagai Stacker Pentecost, sang pemimpin tim yang bertugas untuk memberantas monster-monster raksasa yang mendadak muncul untuk menghancurkan bumi. Lagi-lagi dia tampil tangguh dan berwibawa, yang mungkin kini terasa seperti stereotype, tapi bila dia bisa melakoninya dengan baik, why not?
Upcoming Movie:
No Good Deed
Elba kembali lagi ke genre thriller ala Obsessed. No Good Deed mengadu Elba dengan Taraji P Henson (The Curious Case of Benjamin Button) dalam sebuah home invasion thriller. Elba berperan sebagai seorang napi yang bersembunyi dari polisi di sebuah rumah yang dihuni oleh seorang wanita dengan dua anaknya. Belum diketahui mengapa Elba tertarik terlibat dalam film ini karena trailer menampilkan kisah thriller yang standar, dengan Henson menggantikan Beyonce sebagai karakter wanita tangguh. Tapi walaupun tidak ada twist baru, bila digarap dengan baik, sebuah thriller dengan cerita yang telah didaur ulang berkali-kali pun bisa tampak baru dan bagus (seperti Fatal Attraction). No Good Deed akan rilis tanggal 12 September di Amerika.
Notable Performance (that I havent seen): Mandela: A Long Walk to Freedom
The Wire (2002)
Sebuah serial HBO yang populer karena penggambaran realistik akan industri narkoba di Baltimore, AS. Bila Anda terkadang miris mendengar berita seorang napi di Indonesia yang masih bisa jadi bandar walau di balik bui, jangan merasa kejadian itu hanya eksklusif terjadi di Tanah Air, karena di penjara Amerika pun hal seperti itu juga terjadi. The Wire mengikuti sudut pandang seorang penegak hukum, detektif Jimmy McNulty (Dominic West), untuk menelusuri jalanan sepi dan rumah susun yang jadi sarang para bandar. Dalang di balik peredaran narkoba? Russell “Stringer” Bell, yang dilakoni oleh Elba dengan aura tak hanya otoritatif tapi juga intelektual. Ya, Stringer bukanlah seorang penjahat yang mengandalkan otot semata, tapi ia juga cerdas karena mesti pintar-pintar bernegosiasi dan berstrategi supaya tak tertangkap polisi. Bahkan di siang hari, ia terlihat mengikuti kursus studi ekonomi. The Wire bukanlah serial yang glamor, tapi berhasil langgeng (dari 2002 hingga 2008) berkat pengembangan karakter yang solid dan alur cerita yang realistik serta memikat. Dan satu lagi: memperkenalkan audiens kepada pesona seorang Idris Elba.
Obsessed (2009)
Film ini bukanlah film terbaik dari Elba atau terbaik dari aspek apapun. Obsessed adalah sebuah thriller yang tampaknya ingin mengikuti jejak Fatal Attraction yang dibuat iconic berkat penampilan Glenn Close yang intens dan membara (yang berujung pada seekor kelinci piaraan direbus hidup-hidup), namun sayangnya film ini tidak menawarkan karakter wanita selingkuhan yang memorable (diperankan sedikit bland oleh Ali Larter). Yang mungkin Anda akan ingat setelahnya adalah betapa sempurnanya kehidupan pasangan suami-istri (Elba dan Beyonce) pra pertemuan sang suami dengan sekretaris barunya, dan pertarungan antara Beyonce dan Larter di pengujung cerita. Sang sutradara, Steve Shill (Dexter), tampaknya lebih tertarik membangun cerita khusus untuk ending ini, di mana ia bisa memaksimalkan potensi ketangguhan Beyonce sebagai action lady (sementara Elba lebih sering mengandalkan charm-nya di sepanjang film). Namun tetap Obsessed memberikan plot yang tergolong baru: pemerkosaan pria oleh seorang wanita.
Luther (2010)
Serial televisi berkualitas—seperti dunia layar lebar—memang lebih banyak didominasi oleh seri TV Amerika yang dilansir oleh HBO. Namun bila Anda iseng tune in ke BBC, maka Anda akan menemui banyak serial TV yang tak kalah seru, sebut saja Prime Suspect, Doctor Who, atau Sherlock.
Semua serial itu malah telah sukses crossover dan memiliki banyak penggemar di benua Paman Sam, dan nama-nama seperti Hellen Mirren dari Prime Suspect dan Benedict Cumberbatch dari Sherlock sempat menang dan dinominasikan untuk Golden Globe dan Emmy Award.
Kini ada satu lagi seri lansiran BBC yang layak Anda tonton: Luther. No, ini bukanlah serial tentang kisah hidup Martin Luther King, tapi tentang petualangan seorang detektif brilian (well, detektif versi TV mana yang sekarang tidak brilian?) bernama John Luther dalam menyingkap rangkaian pembunuhan misterius serta sadis yang terjadi di London.
Ya, ia sangat brilian, terkadang ia bisa berpikir dua langkah ke depan dibandingkan polisi lainnya. Ditambah dengan karakternya yang keras dan impulsif, maka Luther kerap berseteru dengan pimpinan dan koleganya.
Memang ada alasan sebenarnya akan perseteruan itu—beberapa kali Luther tak ragu untuk memasuki grey area, dengan pikiran hal itu akan membantunya memecahkan suatu kasus. Apalagi ia memiliki seorang stalker: seorang psychopath bernama Alice Morgan (Wilson).
Ya, itulah yang disebut sebagai grey area dalam kehidupan John Luther, yang selaras dengan tagline serial ini: What if you were on the devil’s side without knowing it? Bahkan dari awal Luther sudah terjerumus dalam area itu, ketika ia membiarkan seorang tersangka pedofil mati terjatuh dari ketinggian.
The great thing about Luther adalah serial ini tak bisa disamakan seperti kisah polisi lainnya seperti NCIS, 24, atau Chicago PD, dan lebih memiliki kesamaan dengan cable shows seperti The Killing atau Homeland, dan seri BBC lainnya, Sherlock, di mana alur ceritanya tak terduga (kecuali tentunya sang karakter utama yang akan tetap muncul sebagai hero) dan tiap karakter pendukung bisa terbunuh atau menjadi pembunuh, dan sang tokoh utama bisa jadi tersangka. Ya, di season 1 ini Luther akan diburu oleh polisi dan, dengan bantuan Morgan, ia mesti membersihkan namanya.
Soal villain, Luther tak kekurangan tokoh yang memorable. Selain Alice Morgan, ada supir taksi yang membunuh wanita di tengah malam dan mengambil satu perhiasan dari korbannya sebagai koleksi; ada diamond thief dengan tato di wajahnya yang tak segan memotong lidah seorang wanita untuk membuktikan poinnya; kemudian ada kolektor komik/buku tentang serial killer di Inggris zaman dulu (seperti Jack the Ripper) yang, tentunya, seorang pembunuh berdarah dingin juga.
Soal cast, Idris Elba is Luther. Mungkin karena dia lebih banyak dikenal sebagai character actor (mayoritas di teater dan film-film Inggris), maka lebih mudah mengindentifikasikan Elba sebagai sang detektif brilian tersebut.
Sebagai Luther, aktor berusia 42 tahun ini tampil sangat tough, garang, cerdas, analitis, dan juga rapuh, terutama ketika plot menyinggung relationship-nya bersama sang istri, Zoe (Indira Varma), yang meregang lantaran Luther terlalu sibuk catching bad guys. Zoe sendiri lebih memilih pisah, dan bahkan ia sudah menjalin hubungan dengan pria lain, yang tentu membuat Luther murka.
Personal story antara Luther dan Zoe cukup ampuh memberikan “hati” ke dalam keseluruhan cerita, dan yang membuat apa yang terjadi pada Zoe di final episode lebih mengharukan.
Dan, bila Zoe memberikan hati, maka kehadiran Ruth Wilson (The Lone Ranger) sebagai cold-blooded killer Alice Morgan membuat mood Luther lebih playful. Ya, interaksi antara Luther dan Morgan cukup memikat lantaran sarat akan permainan kata dan terkadang flirty.
So, kesimpulannya, tontonlah Luther. Bila Anda bosan dengan crime solving shows, maka ikutilah hanya untuk melihat performa Idris Elba yang karismatik serta penampilan Ruth Wilson dan Indira Varma yang more than just eye candy.
Man of Sci-Fi
Thor (2011), Prometheus (2012), Pacific Rim (2013)
Dalam resumenya, Elba telah tampil di tiga film bergenre science fiction walau tidak dalam kapasitas peran utama. Yang pertama adalah Thor, film superhero lansiran Marvel, di mana ia berperan sebagai Heimdall, sang penjaga kota Asgard, tempat kelahiran sang pahlawan dengan senjata palu godam, Thor. Perannya tergolong kecil, namun Elba tampil sangat berwibawa meski mesti mengenakan kostum zirah emas lengkap dengan headgear bertanduk. Film sci-fi dia berikutnya adalah Prometheus arahan Ridley Scott, sebuah prekuel dari salah satu franchise sukses di Hollywood, Alien (Scott menggarap film pertamanya). Di sini ia berperan sebagai Janek, sang kapten pesawat yang sepanjang cerita lebih sering berinteraksi dengan Charlize Theron, mengilaskan sedikit sexual chemistry di tengah mood film yang condong suram. Sementara film sci-fi Elba yang terakhir, Pacific Rim arahan Guillermo Del Toro, memberikan dia porsi peran yang cukup besar sebagai Stacker Pentecost, sang pemimpin tim yang bertugas untuk memberantas monster-monster raksasa yang mendadak muncul untuk menghancurkan bumi. Lagi-lagi dia tampil tangguh dan berwibawa, yang mungkin kini terasa seperti stereotype, tapi bila dia bisa melakoninya dengan baik, why not?
Upcoming Movie:
No Good Deed
Elba kembali lagi ke genre thriller ala Obsessed. No Good Deed mengadu Elba dengan Taraji P Henson (The Curious Case of Benjamin Button) dalam sebuah home invasion thriller. Elba berperan sebagai seorang napi yang bersembunyi dari polisi di sebuah rumah yang dihuni oleh seorang wanita dengan dua anaknya. Belum diketahui mengapa Elba tertarik terlibat dalam film ini karena trailer menampilkan kisah thriller yang standar, dengan Henson menggantikan Beyonce sebagai karakter wanita tangguh. Tapi walaupun tidak ada twist baru, bila digarap dengan baik, sebuah thriller dengan cerita yang telah didaur ulang berkali-kali pun bisa tampak baru dan bagus (seperti Fatal Attraction). No Good Deed akan rilis tanggal 12 September di Amerika.
Notable Performance (that I havent seen): Mandela: A Long Walk to Freedom