Dia penuh dedikasi terhadap pekerjaannya, namun apa yang akan terjadi kalau pembantu rumah tangga Anda justru punya temperamen yang menyebalkan?
Bicara soal pembantu rumah tangga (PRT), orang Indonesia pasti punya banyak cerita dan pengalaman, terutama karena kita termasuk negara yang menawarkan jasa PRT cukup mudah dan murah. Selain keluarga terdekat, sosok PRT termasuk yang paling diingat saat seorang anak tumbuh besar karena kehadiran mereka dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk merawat rumah semata atau bahkan ikut membesarkan anak saat sang majikan sibuk mencari nafkah. Ada yang menjalani profesi ini hanya sebagai batu loncatan (entah untuk pekerjaan lebih baik atau sebelum menikah), namun banyak juga yang langgeng.
Karakter Raquel (Catalina Saveedra) dalam The Maid termasuk yang terakhir: ia sudah bekerja selama 23 tahun di rumah pasangan Mundo (Alejandro Goic) dan Pilar (Claudia Celedon) dan bisa dibilang ia memang sudah dianggap sebagai keluarga. Di adegan awal film ditunjukkan keluarga tersebut memberikan kue ulang tahun bagi Raquel, dan bahkan menyuruh dia untuk makan bersama mereka di meja makan. Raquel, malu-malu dan selalu sadar akan posisinya, menurutinya tapi lima detik kemudian langsung membawa piring-piring kotor ke dapur untuk dicuci.
Keesokan harinya, Raquel kembali menjalani tugasnya: bangun sebelum orang lain di rumah, mandi, pakai “seragam”, membangunkan orang lain, menyiapkan sarapan, menyuguhkan sarapan di tempat tidur, memeriksa—dan mencuci--laundry, vacuum tiap ruangan, dan sebagainya dan sebagainya. Namun Raquel melakukannya dengan rajin dan penuh ketelitian; bisa dibilang dia mendefinisikan pekerjaan ini sebagai hidupnya. Bahkan ia sempat bingung mesti melakukan apa saat Pilar memberikan dia day off.
Di antara anak-anak, Raquel lebih dekat dengan sang anak laki-laki, Lucas, namun cenderung dingin dan galak kepada kakak perempuannya, Camila. Ya, mereka pun sering bertengkar yang dalam satu adegan mendorong Camila untuk berkata dengan kesal, “You’re just the maid here!” Ouch, kata-kata yang pastinya menyakitkan (terutama berasal dari orang yang ia besarkan), tapi kalau Raquel merasakan sesuatu (selain rasa jengkel), ia tak menunjukkannya sama sekali.
Karena prihatin melihat Raquel yang terkadang terkena sakit kepala, Pilar menawarkan untuk hire orang baru untuk membantu dia. Walaupun Raquel menolak, namun Pilar tetap melakukannya, yang mungkin ia sesali kelak karena ternyata sosok maid baru dalam rumah tersebut justru mengeluarkan sisi buruk dari Raquel: cemburu, posesif, licik. Walau tidak ada yang benar-benar serius, tapi yang pasti hasil perbuatannya kian meretakkan hubungan antara Raquel dan keluarga keduanya itu.
Chile’s Cinematic Treasure
Ya, siapa bilang hanya film lansiran Hollywood yang bagus atau layak terima award bergengsi? Seperti contohnya film asal Chile ini yang menyuguhkan potongan hidup seseorang dari kelas pekerja, dan membuatnya menjadi suatu piece of cinema yang heartbreaking sekaligus menyenangkan.
Agak sama seperti Downton Abbey, The Maid juga mengontraskan kehidupan antara kelas pekerja (yang diwakili oleh Raquel) dan keluarga kelas menengah ke atas di Chile. Jelas mereka cukup kaya karena sanggup memiliki dua PRT (sesuatu yang sebenarnya termasuk “kemewahan” di luar negeri karena honornya yang mahal) di rumah besar mereka. Mereka punya hidup yang cukup harmonis dan stabil, dan mereka tak pernah ditunjukkan punya konflik rumah tangga, kecuali kalau menyangkut Raquel.
Di antara anggota keluarga itu, memang hanya Pilar serta Lucas yang sabar dan toleran terhadap Raquel, yang mungkin merupakan pertimbangan akan dedikasi Raquel selama bertahun-tahun di rumah itu, dan juga rasa iba karena kondisi kesehatannya. Oleh karena itu, Pilar tak sungkan untuk memaklumi tingkah laku Raquel yang memang terkadang aneh (walaupun ia menemukan foto-foto keluarga di ruangan Raquel yang menunjukkan wajah Camilla dicoret).
Bila Anda menonton trailer The Maid mungkin Anda akan mengantisipasi unsur thriller di dalam film ini, tapi asumsi itu salah. Film yang di-shoot dengan handycam (yang berakibat kualitas gambarnya grainy dan kurang tajam) ini adalah sebuah drama yang memikat, sedikit menawarkan dark comedy, yang mungkin agak inkonsisten karena terkadang terasa tak pernah pasti ingin unggul di genre apa.
But that doesn’t matter, karena yang sebaiknya Anda fokuskan perhatian adalah pada performa Catalina Saveedra sebagai Raquel. Performanya di sini sepertinya merupakan hasil dari penjiwaan luar-dalam—gerak-gerik hingga raut wajahnya begitu konsisten dari awal sampai akhir, bahkan ketika ia berada dalam momen di mana hidupnya mengambil haluan yang berbeda. Anda bisa merasakan keseganan dan kekhawatirannya, dan saat ia akhirnya tersenyum atau tertawa (yang jarang sekali ia lakukan), you feel you want to smile and laugh too.
Karakter Raquel adalah seseorang yang Anda ingin—atau pasti akan—benci, terutama saat ia memperlakukan PRT baru dengan kasar (mengunci mereka di luar rumah, membersihkan kamar mandi dengan antiseptik kuat setelah mereka mandi), tapi, in the end, itu bukanlah siapa dia sebenarnya dan The Maid memberikan area abu-abu (atau bahkan warna lainnya) untuk dieksplorasi oleh Raquel.
Di paro ketiga, The Maid melemparkan karakter baru yang memengaruhi jalan hidup dan temperamen Raquel. Ya, bisa saja Anda berpikir itu adalah “jalan pintas” bagi sang sutradara untuk memicu transformasi karakter, tapi bila direkayasa secara natural dan dituntun oleh dua aktris yang berbakat maka Anda pun akan memakluminya (atau bahkan tak menyadarinya!)--which is a sign of a really good movie.
Bicara soal pembantu rumah tangga (PRT), orang Indonesia pasti punya banyak cerita dan pengalaman, terutama karena kita termasuk negara yang menawarkan jasa PRT cukup mudah dan murah. Selain keluarga terdekat, sosok PRT termasuk yang paling diingat saat seorang anak tumbuh besar karena kehadiran mereka dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk merawat rumah semata atau bahkan ikut membesarkan anak saat sang majikan sibuk mencari nafkah. Ada yang menjalani profesi ini hanya sebagai batu loncatan (entah untuk pekerjaan lebih baik atau sebelum menikah), namun banyak juga yang langgeng.
Karakter Raquel (Catalina Saveedra) dalam The Maid termasuk yang terakhir: ia sudah bekerja selama 23 tahun di rumah pasangan Mundo (Alejandro Goic) dan Pilar (Claudia Celedon) dan bisa dibilang ia memang sudah dianggap sebagai keluarga. Di adegan awal film ditunjukkan keluarga tersebut memberikan kue ulang tahun bagi Raquel, dan bahkan menyuruh dia untuk makan bersama mereka di meja makan. Raquel, malu-malu dan selalu sadar akan posisinya, menurutinya tapi lima detik kemudian langsung membawa piring-piring kotor ke dapur untuk dicuci.
Keesokan harinya, Raquel kembali menjalani tugasnya: bangun sebelum orang lain di rumah, mandi, pakai “seragam”, membangunkan orang lain, menyiapkan sarapan, menyuguhkan sarapan di tempat tidur, memeriksa—dan mencuci--laundry, vacuum tiap ruangan, dan sebagainya dan sebagainya. Namun Raquel melakukannya dengan rajin dan penuh ketelitian; bisa dibilang dia mendefinisikan pekerjaan ini sebagai hidupnya. Bahkan ia sempat bingung mesti melakukan apa saat Pilar memberikan dia day off.
Di antara anak-anak, Raquel lebih dekat dengan sang anak laki-laki, Lucas, namun cenderung dingin dan galak kepada kakak perempuannya, Camila. Ya, mereka pun sering bertengkar yang dalam satu adegan mendorong Camila untuk berkata dengan kesal, “You’re just the maid here!” Ouch, kata-kata yang pastinya menyakitkan (terutama berasal dari orang yang ia besarkan), tapi kalau Raquel merasakan sesuatu (selain rasa jengkel), ia tak menunjukkannya sama sekali.
Karena prihatin melihat Raquel yang terkadang terkena sakit kepala, Pilar menawarkan untuk hire orang baru untuk membantu dia. Walaupun Raquel menolak, namun Pilar tetap melakukannya, yang mungkin ia sesali kelak karena ternyata sosok maid baru dalam rumah tersebut justru mengeluarkan sisi buruk dari Raquel: cemburu, posesif, licik. Walau tidak ada yang benar-benar serius, tapi yang pasti hasil perbuatannya kian meretakkan hubungan antara Raquel dan keluarga keduanya itu.
Chile’s Cinematic Treasure
Ya, siapa bilang hanya film lansiran Hollywood yang bagus atau layak terima award bergengsi? Seperti contohnya film asal Chile ini yang menyuguhkan potongan hidup seseorang dari kelas pekerja, dan membuatnya menjadi suatu piece of cinema yang heartbreaking sekaligus menyenangkan.
Agak sama seperti Downton Abbey, The Maid juga mengontraskan kehidupan antara kelas pekerja (yang diwakili oleh Raquel) dan keluarga kelas menengah ke atas di Chile. Jelas mereka cukup kaya karena sanggup memiliki dua PRT (sesuatu yang sebenarnya termasuk “kemewahan” di luar negeri karena honornya yang mahal) di rumah besar mereka. Mereka punya hidup yang cukup harmonis dan stabil, dan mereka tak pernah ditunjukkan punya konflik rumah tangga, kecuali kalau menyangkut Raquel.
Di antara anggota keluarga itu, memang hanya Pilar serta Lucas yang sabar dan toleran terhadap Raquel, yang mungkin merupakan pertimbangan akan dedikasi Raquel selama bertahun-tahun di rumah itu, dan juga rasa iba karena kondisi kesehatannya. Oleh karena itu, Pilar tak sungkan untuk memaklumi tingkah laku Raquel yang memang terkadang aneh (walaupun ia menemukan foto-foto keluarga di ruangan Raquel yang menunjukkan wajah Camilla dicoret).
Bila Anda menonton trailer The Maid mungkin Anda akan mengantisipasi unsur thriller di dalam film ini, tapi asumsi itu salah. Film yang di-shoot dengan handycam (yang berakibat kualitas gambarnya grainy dan kurang tajam) ini adalah sebuah drama yang memikat, sedikit menawarkan dark comedy, yang mungkin agak inkonsisten karena terkadang terasa tak pernah pasti ingin unggul di genre apa.
But that doesn’t matter, karena yang sebaiknya Anda fokuskan perhatian adalah pada performa Catalina Saveedra sebagai Raquel. Performanya di sini sepertinya merupakan hasil dari penjiwaan luar-dalam—gerak-gerik hingga raut wajahnya begitu konsisten dari awal sampai akhir, bahkan ketika ia berada dalam momen di mana hidupnya mengambil haluan yang berbeda. Anda bisa merasakan keseganan dan kekhawatirannya, dan saat ia akhirnya tersenyum atau tertawa (yang jarang sekali ia lakukan), you feel you want to smile and laugh too.
Karakter Raquel adalah seseorang yang Anda ingin—atau pasti akan—benci, terutama saat ia memperlakukan PRT baru dengan kasar (mengunci mereka di luar rumah, membersihkan kamar mandi dengan antiseptik kuat setelah mereka mandi), tapi, in the end, itu bukanlah siapa dia sebenarnya dan The Maid memberikan area abu-abu (atau bahkan warna lainnya) untuk dieksplorasi oleh Raquel.
Di paro ketiga, The Maid melemparkan karakter baru yang memengaruhi jalan hidup dan temperamen Raquel. Ya, bisa saja Anda berpikir itu adalah “jalan pintas” bagi sang sutradara untuk memicu transformasi karakter, tapi bila direkayasa secara natural dan dituntun oleh dua aktris yang berbakat maka Anda pun akan memakluminya (atau bahkan tak menyadarinya!)--which is a sign of a really good movie.